Senin, 27 September 2021

Dinamika Kepribadian Sigmund Freud

Seperti kita ketahui, kepribadian manusia muncul akibat proses psikologis yang ada dalam diri seseorang kemudian tampak dalam bentuk perilaku yang dapat diamati. Proses psikologis yang kita sebut dengan dinamika kepribadian memiliki beragam teori-teori yang berbeda dari tokoh psikologi satu dan yang lainnya. Freud misalnya, beliau beranggapan bahwa semua aspek kepribadian manusia berakar dari insting-insting biologis.

 

Freud mengansumsikan manusia layaknya hewan yang pada umumnya terus mencari rasa senang dan menghindari rasa sakit. Menurutnya, ketika semua kebutuhan badani terpuaskan, manusia mengalami rasa senang. Sebaliknya, ketika satu atau lebih kebutuhan tidak terpuaskan manusia merasa tidak nyaman. Motif manusia untuk mencapai rasa puas inilah yang kemudian disebut oleh Freud sebagai Insting.

 

Gambar 1. Bagan dinamika kepribadian Sigmund Freud


Menurut Freud semua insting berkaitan dengan pemeliharaan hidup dan memiliki 4 karakteristik dasar, antara lain:


  1. Sebuah sumber, yaitu kekurangan yang dirasakan oleh tubuh,
  2. Sebuah tujuan, yaitu menghilangkan rasa kurang di tubuh agar keseimbangan internal terbentuk kembali,
  3. Sebuah objek, adalah sesuatu yang digunakan untuk menghilangkan perasaan kurang dalam tubuh,
  4. Daya pendorong/impetus, yaitu kekuatan yang membuat manusia memuaskan rasa kurang di tubuh (hal ini ditentukan oleh seberapa besar rasa kurang tersebut terjadi).

 

Gambar 2. Karakter anime one piece, Luffy, yang dikenal sebagai pribadi yang rakus.

 

Coba kita telaah lebih mendalam gambar di atas, disini dicontohkan bahwa orang tersebut merasa lapar (sumber), sehingga menimbulkan insting untuk mencari makanan guna menghilangkan rasa lapar(tujuan), kemudian ia berusaha mencari makanan (objek), orang tersebut memakannya dengan lahap dikarenakan selama berhari-hari tidak makan (impetus). Akibatnya, ia dipandang sebagai orang yang rakus oleh orang yang melihatnya ketika makan dengan lahap. Coba kita pikirkan, misalkan orang yang makan secara teratur tentu akan makan dengan santai atau tidak terburu-buru.

 

Freud membagi Insting menjadi dua jenis, yaitu:


1.     Insting kehidupan (eros)

Adalah dorongan yang berupaya menjamin berlangsungnya hidup manusia dan reproduksi. Misalnya rasa lapar mendorong manusia untuk makan dan bertahan hidup lebih lama dan menimbulkan rasa kenyang. Enerji yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido. Ya, libido merupakan hasrat untuk memuaskan seksualitas. Menurut freud, semua aktivitas yang memberi kenikmatan dapat dilacak hubungannya dengan insting seksual.


2.     Insting kematian (thanatos)

Disebut juga sebagai insting destruktif yang mendorong orang untuk merusak diri sendiri. Kematian adalah kondisi stabil akhir karena tidak ada lagi pergulatan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan biologis. Masochism/masokisme, adalah contoh yang tepat untuk menggambarkan thanatos, yaitu cara untuk memuaskan dorongan seksual dengan menyerang diri sendiri.


Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati itu dengan mengarahkan enerjinya keluar menuju ke orang lain, inilah yang disebut agresi. Contohnya, sadism/sadism sebagai upaya memuaskan dorongan seksual dan dorongan destruktif melalui menyerang orang lain seperti memukul, membunuh, dll. Ada juga yang tersalur dalam ekspresi yang dilemahkan seperti menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri dengan bekerja lebih keras dan bersikap merendah/meminta maaf.

 

Menurut Freud, setiap manusia dilahirkan dengan energi psikis yang kurang lebih sama jumlahnya sejak lahir hingga mati. Energi psikis ini digunakan untuk menggerakkan komponen jiwa yaitu Id-Ego-Superego. Bisa dikatakan bahwa kepribadian manusia, menurut Freud, muncul akibat persaingan ketiga komponen jiwa tersebut.  Siapa yang menang akan menentukan perilaku seseorang sehingga membentuk sebuah kepribadian.

 

Freud menggunakan istilah kateksis yang berasal dari kata Yunani kathexo yang mempunyai arti menempati. Istilah ini digunakan untuk menjabarkan penggunaan energi psikis di dalam pikiran seseorang yang diubah ke dalam bentuk suatu objek, atau proses-proses mental lain yang ditujukan untuk mencapai pemuasan kebutuhan seseorang. Misalnya, ketika seseorang sedang lapar akan muncul angan-angan tentang makanan yang disukainya. Gambaran mental seperti inilah yang disebut kateksis. Hal tersebut  menciptakan sebuah tegangan hingga kebutuhan itu terpuaskan. Apabila kebutuhan sudah terpuaskan maka energi psikis akan berceceran untuk kemudian tersedia bagi kateksis yang lain.

 

Kadangkala, kateksis yang muncul tidak dapat diterima sehingga mengakibatkan kecemasan. Maka, ego dan superego bekerja sama untuk menciptakan sebuah antikateksis. Freud menggunakan istilah antikateksis merujuk kepada energi psikis yang digunakan untuk menghambat kateksis yang tidak pantas diterima. Antikateksis membuat alternatif dimana kebutuhan awal bukannya dilenyapkan melainkan diganti dengan objek lain yang lebih aman.

 

Kecemasan membuat seseorang akan melakukan apa pun yang dibutuhkan untuk meredakannya. Oleh sebab itu, ego berfungsi untuk memperingatkan seseorang tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat mempersiapkan reaksi adaptif yang sesuai melalui antikateksis. Jika pendekatan yang rasional tidak lagi efektif, maka ego akan menggunakan cara-cara irrasional (tidak masuk akal) yang disebut mekanisme pertahanan (defence mechanism).

 

Jika seseorang hanya menggunakan id dan ego, maka orang tersebut akan menjadi pribadi hedonis dan seperti hewan. Maksudnya, apabila merasa ingin sesuatu akan berupaya mencari pemuasan secara instan tanpa. Akan tetapi, dengan hadirnya superego, seseorang akan menjadi pribadi yang lebih baik.

 


EmoticonEmoticon

Artikel Pilihan