Sebelum menentukan jurusan kuliah ada baiknya calon mahasiswa mencari tahu terlebih dahulu tentang jurusan yang akan diambil. Mengapa? Karena dengan demikian dapat memberikan gambaran kepada calon mahasiswa untuk memantapkan pilihannya dalam menentukan jurusan. Hal ini juga dapat menghindarkan dari perasaan ‘salah ambil jurusan’ jika terjadi di kemudian hari.
Seperti yang dialami kakak tingkat penulis di jurusan psikologi, selama beberapa semester menjalani program perkuliahan dia merasakan bahwa jurusan yang diambil tidak sesuai dengan ekspetasinya. Akibatnya dia memutuskan untuk pindah ke jurusan lain. Ekspetasi yang seringkali keliru dapat menjadi bumerang dan menurunkan semangat belajar mahasiswa dalam menjalani program mata kuliah. Supaya hal ini tidak terjadi lagi (paling tidak dapat meminimalisir), berikut penulis telah merangkum mengenai anggapan/ekspetasi yang kebanyakan keliru sehingga perlu diperhatikan sebelum memilih jurusan psikologi kedepannya.
1. Anak Psikologi dapat membaca pikiran orang lain
Tentu hal ini tidak sepenuhnya benar. Coba bayangkan, kita saja seringkali keliru dalam mempersepsi pikiran kita sendiri. Lalu, bagaimana mungkin kita dapat mempersepsi pikiran orang lain? Memang dalam psikologi ada cara untuk menterjemahkan gerak-gerik/bahasa tubuh seseorang, akan tetapi hal tersebut hanya terbatas pada hal yang tampak (keadaan fisik) pada seseorang saja, sedangkan pikiran seseorang merupakan proses mental yang tidak dapat dilacak. Kita mungkin dapat mengambil kesimpulan bahwa seseorang sedang marah atau bahagia dengan melihat raut mukanya, akan tetapi hal sesungguhnya yang tersembunyi dalam hati dan pikiran hanya orang tersebut dan Tuhan yang tahu.
2. Di psikologi tidak ada berhitung
Jangan coba-coba mengambil jurusan psikologi bila enggan untuk berhitung. Pasalnya, dalam penelitian psikologi mahasiswa dihadapkan pada data statistik hasil dari penyebaran skala yang kemudian dihitung supaya dapat ditarik suatu kesimpulan. Jadi, tidak benar bila dikatakan bahwa di psikologi tidak ada yang namanya berhitung.
3. Anak psikologi dapat menghipnotis orang lain
Bila anda mempunyai teman di jurusan psikologi, silahkan bertanya, “sudah berapa kali anda diminta untuk menghipnotis orang?” Saya bisa tebak teman anda akan tertawa begitu mendengar pertanyaan tersebut. Bagaimana tidak, selama mengikuti program kuliah penulis belum pernah diajari cara menghipnotis orang. Begitupun dalam program mata kuliah tidak ada yang namanya ‘hipnotis’. Pernah suatu ketika penulis dan teman sekelas di beri slide powerpoint (PPT) yang berisi tentang hipnotis, akan tetapi hal tersebut tidak berarti apa-apa karena penulis dan teman-teman yang lain tidak diberi penjelasan yang cukup dan tidak memungkinkan untuk mengaplikasikannya ke orang lain. Jadi jangan takut bila berhadapan dengan anak psikologi, jika memang bisa menghipnotis orang lain pasti tidak akan dilakukan sembarangan karena di dalam psikologi ada kode etik yang harus dipatuhi.
EmoticonEmoticon