Jumat, 17 September 2021

Asosiasi bebas Sigmund freud

Untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi kliennya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas dimana pasien dinstruksikan untuk mengungkapkan apapun yang terlintas di pikirannya pada saat itu sekalipun itu merupakan hal-hal yang remeh tanpa berusaha untuk ditutup-tutupi oleh klien. Dari ungkapan kesadaran tanpa sensor ini terapis mencoba memahami masalah kliennya. 


Freud menyadari bahwa ada kemungkinan klien tidak bersedia membicarakan beberapa hal yang melintas di benak mereka karena dianggap tidak relevan, atau tidak cukup penting, atau tidak masuk akal. Namun, Freud meminta klien untuk menghindari pengekspresian kritik dan membahas pikiran-pikiran yang seperti itu. Freud menegaskan bahwa kejujuran dan keterbukaan merupakan kondisi yang esensial bagi terapi, tidak boleh ada yang ditahan-tahan.


Ada tiga asumsi yang menjadi dasar asosiasi bebas, antara lain:

1. Apa saja yang dikatakan dan dilakukan seseorang sekarang mempunyai makna dan berhubungan dengan perkataan dan perbuatannya di masa lalu,

2. Materi tak sadar berpengaruh penting terhadap tingkah laku,

3. Materi tak sadar dapat dibawa ke kesadaran dengan mendorong ekspresi bebas setiap kali mereka muncul ke dalam fikiran.


Di dalam ekspresi-ekspresi sadar, terdapat sejumlah petunjuk seperti isi pikiran bawah-sadar lain yang bisa dideteksi oleh pengamat terlatih. Menurut Freud, meskipun klien menghalangi topik tertentu dan berusaha untuk menyembunyikannya, suatu ketika terbentuk rantai asosiasi yang membuat terapis dapat memahami konflik mental dan emosional klien. 


Asosiasi-asosiasi klien mencerminkan cara-cara kompleks di mana impuls-impuls yang tidak bisa diterima direpresi, digantikan atau disamarkan. Asosiasi-asosiasi klien mungkin terlihat bebas justru mencerminkan interaksi-interaksi kompleks antara tingkat sadar dan bawah-sadar klien.


Gambar 1. Proses asosiasi bebas

Biasanya, klien psikoanalisis menjalani terapi dalam sampai 6 sesi selama 5 menit per minggu dalam setahun. Dalam praktiknya, Freud meminta klien berbaring di sofa dengan setting cahaya ruangan agak diredupkan, sementara terapis duduk di luar jangkauan pandang klien. Freud memilih posisi demikian karena  alasan, Antara lain:


1. Tidak ingin gestur dan ekspresi wajahnya memengaruhi pikiran klien,

2. Freud sendiri tidak tahan jika dipandangi terus oleh banyak pasien selama berjam-jam.


Pada awalnya, Freud menggunakan hipnosis sebagai sarana untuk menganalisis permasalahan klien. Namun, Freud merasa tidak puas dengan hasil-hasilnya dan juga tidak semua kliennya dapat dihipnotis. Salah seorang klien Freud, Frau Emmy Von N, menjadi marah ketika Freud menginterupsinya ke dalam hipnosis. Pada saat itu, klien justru menunjukkan hasrat yang kuat untuk berbicara terang-terangan dan sebebas-bebasnya apa yang tengah dipikirkan dan merisaukan dirinya, tanpa harus diinterupsi apalagi dibawa ke kondisi tidak-sadar dalam hipnosis.


Hal lain yang mempunyai peran penting dalam perkembangan teknik asosiasi bebas adalah esai Ludwig Borne yang berjudul, “The Art of Becoming an Original Writer in Three Days”.  Dalam tulisannya tersebut, Borne mencoba menguatkan hati dan semangat para penulis pemula untuk segera mengambil pena dan memulai menuliskan apa yang ada di kepala mereka tanpa rekayasa. Artinya, penulis dapat menuliskan apa pun tentang dirinya sendiri, atau kejadian disekitarnya, atau suatu peristiwa dalam sejarah, ataupun hal-hal tertentu tentang orang lain. Hal inilah yang kemudian diterapkan Freud dalam praktik asosiasi bebas, dimana klien diinstruksikan untuk mengatakan apapun yang ada di pikiran mereka saat itu juga, kemudian dijadikan bahan evaluasi dalam psikoanalisis.


EmoticonEmoticon

Artikel Pilihan